Orang pesimis akan bilang, “Jakarta sempurna sekali macetnya”.
Tapi, orang optimis akan bilang, “Setidaknya kita melihat kesempurnaan di Jakarta”.
Bicara Jakarta bisa langsung diasosiasikan membicarakan kemacetan.
Kemacetan abadi (sebagian akan bilang begitu).
Ada yang berteori, kemacetan di Jakarta disebabkan oleh kapasitas jalan yang sudah tidak sanggup lagi menampung volume kendaraan. Lebih tepatnya ini bukan teori, tapi fakta empiris.
Dan memang selalu ada cerita unik di balik luar biasanya kemacetan Jakarta.
Salah satunya yang saya alami.
Dan coba saya kaitkan pakai teori sebab akibat.
Here it goes:
Sebab: kapasitas jalan < jumlah kendaraanAkibat: Macet.
Di atas itu, sesuai dengan pendapat yang saya kemukakan di atas.
Tapi, macet tidak serta merta jadi akibat, bisa juga jadi sebab.
Sebab: MacetAkibat: Kepribadian liar pengendara timbul (jadi parade klakson, marah-marah, ‘berorasi’, debat antara bikers dengan pengemudi mobil,dll).
Dan belum selesai sampai disitu, kepribadian liar bukan hanya jadi akibat, bisa juga jadi sebab.
Sebab: Kepribadian liar pengendara timbul (jadi parade klakson, marah-marah, ‘berorasi’, debat antara bikers dengan pengemudi mobil,dll).Akibat:
korban naas
Sebuah mobil sport dua pintu (baca: pick-up) dengan gaya mengemudi slengean, gas-rem semaunya, sukses “menodai” motor saya ketika rem mendadak.
Hikmahnya, jalanan liar Jakarta ternyata benar-benar melatih akhlak/moral seseorang.
kalau saya mungki langsung ngamuk-ngamuk ama yang bawa mobil,
hehe
salam kenal dan salam follow mas..
Hehe bener sob, gue jadi kasian sama orang2 jakarta, apalagi kalo bulan puasa, jalanan macet, tensi tinggi, puasa batal deh :p
@yudi: jangan ngamuk2, cuma ngabisin energi 😀
ya.terima kasih
@iam: ga batal, cuma ga ada maknanya.hehe
hey jin. . .udah di oponame belum tuh motor ?
bagaimana dengan perjalanan Quran kita jeans ? nanti kita minta sumbangan dana kepada thulaby club selaku ormas yang menaungi kita sebagai aktivist. . haahaaha. .. eh buku bloger lu itu ketinggalan kemaren, , sabtu bawa ye. .
yang sabar yaa.. dianggap sebagai ujian aja, ujian kesabaran. hehehe.. namanya berkendara selalu ada resiko koq, nggak ada yang nggak beresiko.
tapi untung kamunya nggak apa-apa.
oh gitu ye jin ?sip dah yang penting lu juga bawa bukunya biar gu bisa belajar sendiri. . .dan nanti tiap sabtu lu buka kelas konsulv di skill gedung A lantai 2
masih ada satu lagi yang identik dengan jakarta yaitu banjir