
THR | sumber: iwan banaran
THR atau Tunjangan Hari Raya adalah sebuah jebakan. Sejenis lumpur hidup ataupun pasir hisap. Salah bergerak, malah semakin tenggelam. Hal itu terjadi jika memaknai THR sebagai pelengkap semata. Alih-alih menganggap THR sebagai gaji bulan ke-13 dan mengalokasikannya dalam skema beban bulanan (ngomong opo tho, lek?), tidak sedikit menjadikan THR hanya sebagai uang sudi mampir alias alat pemenuh keinginan semata. Bahasa kerennya menambah hasrat konsumtif.
Menyikapi fenomena seperti itu, saya yang bukan siapa-siapa ini, mencoba memberiken pernyataan sikap mengenai mampirnya THR ke rekening istri pribadi dan terkait hal-hal stratejik lainnya.
1. Tabungan adalah kunci
Mau cepet akad nikah resepsi? Nabung! Begitulah petuah para kaum post-jomblo ataupun mereka yang sok-sokan kasih saran tapi masih jomblo. Dengan adanya tabungan yang bersumber dari THR, maka akan ada tabungan ekstra. Tabungan ekstra berarti ada akselerasi.
2. Perbaiki alat produksi
Alat produksi adalah alat untuk mendukung produktivitas harian, misal kendaraan bermotor. Misal jika sehari-hari menggunakan motor dan alokasi biaya perawatan tiap bulannya terbatas, maka dengan THR bisa ada alokasi ekstra. Dengan kata lain, ada kesempatan untuk memperbaiki lebih banyak dan lebih baik. Lagi pula kasian itu motor, mesti diajak jajan sesekali, biar ga lelah menghadapi hidup kemacetan.
Contoh alat produksi lainnya tentu bisa bermacam-macam. Tapi tentu saja jika ponsel kita masih bagus dan mumpuni untuk komunikasi sehari-hari ke calon orang lain, ya tidak perlu memaksakan diri upgrade ke ponsel yang logonya buah kegigit.heuheu.
3. Bahagiakan orang tua
Pernah kasih hadiah terbaik ke teman atau sahabat? Mengapa tidak lakukan hal demikian juga kepada orang tua. Sebagai tanda bakti dan perhatian. Bisa apa saja yang menyenangkan, syukur-syukur setoran awal haji. (Amiin). Siapa tahu abis itu langsung minta mantu. #eh
4. Maksimalkan ZISWAF
Bagi umat Islam, ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf) adalah subtansi yang tidak bisa ditinggalkan. Zakat adalah wajib dan ada bermacam zakat sesuai ketentuannya. Zakat tentu harus ditunaikan. Lalu bagaimana dengan Infaq/Sedekah/Wakaf? Tentu harus dimaksimalkan. Saat ini bayar ZISWAF sudah sangat mudah, terlebih bisa online dan mobile.
Demikian pernyataan sikap ini saya buat. Sekian dan terima gajih kasih.
*nyodoring rekening kali aja ka Ardi lagi khilaf
*kasih retjehan
memang ada baiknya kalau thr yang didapat di alokasikan untuk tabungan atau untuk zakat ya..
salam..
betoel
Benar mas, kalau udah dapet THR jangan lupa sedekah ^^
Poin ttg ortu keren bgt!
:’)
betul betul
:’D
Sayangnya di Indonesia dan riset saya 6 tahun di dunia industri,hampir gak ada sisanya tuh yang dapet THR bahkan ada yg memfungsikan sebagai jaminan bayar hutang (mengenaskan),untuk masalah point terakhir menurut saya itu harus langsung dipotong setiap kita dapet penghasilan,gak harus nunggu thr,misal dapet 9 juta ya berarti 225k jadi hak orang lain yang membutuhkan…
sejatinya THR jangan dijadikan “fresh cash” yang ada di luar perhitungan jangka panjang
Sejakk rambut-rambut di wajah mulai tumbuh, kumis mulai muncul, gue ga pernah lagi dapet thr hiks 😢😢
Btw, salam kenal bro, nice blog!
jadi dumbledore gitu ya? 😂
Terima kasih udah mampir
Kalau sudah berkeluarga punya dua anak enaknya THR di apain bro?
duh, ane belum pengalaman, bro
buat persiapan tahun ajaran baru aja mungkin (?)
nah… maka dari itu THR kalau sudah berkeluarga dan mempunyai 2 anak, pastinya memang lewat begitu saja.. Seperti pernyataan mas bro tentang bahgiain orang tua
klo berkeluarga pastinya ngebahagiain anak dan istri ..
ups.. Jadi curhat ^^
Wah, ilmu baru nih
*sungkem*