
sumber: quotefancy.com
Sekitar dua tahun lalu, saya “diwarisi” sebuah sepeda motor. Sepeda motor yang tidak tergolong muda lagi. Ditambah banyak sekali penyakitnya. Jadilah saya menerima warisan motor dengan PR yang menanti setelahnya.
Benar saja, motor ini banyak sekali tuntutan hidupnya. Mulai dari yang sepele sampai yang memang mau-tidak-mau harus diperbaiki karena mengancam kelangsungan hidupnya sendiri.
Kocek? Mungkin jika dikalkulasi sampai hari ini sudah bisa beli emas kawin setara enam sampai tujuh gram. Mungkin bisa saja lebih karena sampai saat ini si motor belum sepenuhnya sehat wal afiat.
Tapi setidaknya fungsi dasarnya masih bisa diandalkan.
Yang menarik, ketika awal diwarisi, saya cenderung menganggap sepele. Biasa saja. Dulu beranggapan jika rusak maka memang seharusnya rusak. Bukankah semua barang yang kita miliki pada hakikatnya ada 2: rusak atau berpindah tangan? Tapi seiring waktu dan seiring rupiah yang terus dikeluarken, kok jadi naksir berubah pikiran?
Ternyata benar, rasa kepemilikan itu memang akan tumbuh dengan sendirinya. Tumbuh seiring waktu dan perhatian yang kita miliki.
Semoga ini bisa berlaku juga untuk satu hal lain:
relasi
**
kalau kata orang jawa “witing tresno jalaran soko kulino”
kalau sudah cinta, akhirnya berhasrat untuk memiliki
So damn trueee !!!